Rajin Membaca, Demokratis
Bapa Walter sangat giat untuk memajukan Sekolah SMAK St.Thomas Aquinas. Tentu ada perspektif yang terus terbina. Perspektif pencerahan hadir karena keseringannya membaca dan berefleksi.
Koran Kompas dan majalah bulanan Intisari selalu menjadi bacaan favoritnya. Ia juga sering mengoleksi buku dari berbagai bidang, baik itu buku pengetahuan, politik juga buku- buku refleksi lainnya. Dirinya senang berdiskusi tentang materi apa saja khususnya tentang iman dan budaya. Ia pernah terjun ke dunia politik, namun kemudian menarik diri dan berfokus pada dunia pendidikan.
Sebagai Sekretaris Walter pintar mengatur waktu. Semua pekerjaan diselesaikannya sampai tuntas. Beliau selalu memotivasi para guru, siswa dan juga anak anaknya untuk ”bekerja sampai tuntas dan jangan setengah-setengah.”Sebagai seorang sekretaris, ia disiplin dalam pengarsipan, rapih dalam penulisan dan pengetikan, tertib dalam mambangun alur pikiran.
Berbagai kegiatan dijalankan untuk meningkatkan kualitas guru dan siswa di Sekolah. Begitu pula untuk pengembangan Yayasan Nuca Lale. Ia selalu berusaha agar kualitas SMAK St Thomas Aquinas tetap terjaga. Ia sering berdiskusi panjang dengan para guru yang datang berkonsultasi dengannya. Juga berdiskusi dengan para pastor tentang pengembangan Yayasan SUKMA. “Sekalipun bekerja pada dua Yayasan besar, beliau tidak pernah mengeluh. Setiap hari berjalan kaki ke tempat kerja, pergi pagi dan malam baru kembali ke rumah dan setelah itu masih melanjutkan pekerjaannya sampai dini hari. Ini dijalankannya dalam tahun-tahun pengabdiannya”, kenang Sr. Diana.
Bapa Walter adalah pribadi yang sangat demokratis namun tegas. Dalam membangun dialog, dirinya selalu menanyakan dan menghargai pendapat orang yang diajak bicara. Dalam pelaksanaan keputusan ia selalu tegas pada keputusan dan kesepakatan bersama. Ia juga termasuk pribadi yang bijaksana. Ia akan berpikir matang sebelum mengambil keputusan dan sangat teliti dalam memutuskan sesuatu. Ia mudah beradaptasi dengan semua orang dari budaya yang berbeda.
Di mata anak-anaknya, Bapa Walter adalah sosok seorang ayah yang disiplin, tegas, berprinsip, rela berkorban, berani menanggung resiko, penyayang, humoris, penuh pengertian dan demokratis. Dari Bapa Walter, anak-anak belajar untuk tahu menghargai pekerjaan apa saja dan bekerja sampai tuntas. Mereka juga belajar mengatur waktu dengan baik, menggunakan waktu yang ada untuk mengembangkan diri dan membantu sesama. Tidak lupa, bekerja dengan rapih dan teliti.
Walter menikahi Veronika Vero Gamus, gadis tamatan SKKP pada 10 Juli 1960. Keduanya dikaruniai 13 orang anak: Wilfridus W. Wisang, Maria Patricia Wisang, Wiltrudis Gregoriani Wisang, Gema Galgani Paskalia Wisang, Sr. Diana W. Wisang, Wilhelmina R.G. Wisang, Wolfgang Wigaputra Wisang, Wendelina W. Wisang, Wilfrida Wigayosefa Wisang, Wilubalda Agusta Wisang, Werenfrida Romualda Ricarda Wisang, Waltari W.Wisang dan Wigberta V. Wisang.
Di masa pensiunnya, dalam waktu yang cukup lama ia berjuang melawan penyakit kanker paru-paru. Pada Usianya yang ke enam puluh lima, tanggal 23 Desember 2000, tepat seminggu sebelum merayakan hari ulang tahunnya, Bapa Walter mangkat. Bapa Walter menghembuskan nafas terakhir dikelilingi orang-orang terkasihnya. Ia boleh beristirahat dalam damai setelah bekerja sekian lama mengabdi Yayasan SUKMA dan Yayasan Nucalale. Terimakasih untuk pengabdianmu tanpa pamrih bagi keluarga, Yayasan dan SMAK St.Thomas Aquinas. Jadilah pendoa bagi kami semua.***
[1] Eduard Jebarus, Sejarah Persekolahan di Flores (Maumere: Ledalero, 2008), hal. 49-53.
[2] Jan Sihar Aritonang and Karel Steenbrink, A History of Christianity in Indonesia (Leiden: Brill, 2008), hal. 245.
[3] Lambert Lame Uran, Sejarah Perkembangan Misi Flores Keuskupan Agung Ende (Ende, 1990), hal. 178.
[4] Eduard Jebarus, op.cit., hal. 156.
[5] Ibid., hal. 159.