Wahyu
Wahyu adalah cara Tuhan menyatakan diri. Agama-agama Abrahamik (Yahudi, Kristen, Islam) lahir dari pewahyuan. Tuhan menyatakan diriNya kepada manusia dalam rupa-rupa cara. Ia datang untuk membebaskan manusia dari pelbagai belenggu aktual: kebodohan, kemiskinan, penderitaan, dll.
Dalam menjalankan misiNya, ada pihak-pihak yang dipilih Tuhan untuk menerima firmanNya. Mereka ini orang-orang istimewa. Mereka menerima wahyu Tuhan lalu mengajarkannya kepada sesamanya. Tujuannya agar kehidupan manusia semakin manusiawi dan humanitasnya terjaga.
Lama-kelamaan wahyu dari Tuhan ditulis. Ada dinamika dari oral tradition ke transliterasi. Muncullah kitab-kitab suci. Kitab-kitab Ibrani ditulis dalam masa Israel sudah menjadi kerajaan. Raja Daud dan Salomo sangat berperan untuk menulis kembali ajaran-ajaran Tuhan yang diwariskan secara lisan. Sesudah itu diteruskan dalam tradisi selanjutnya, hingga Paulus dan kawan-kawannya untuk Perjanjian Baru. Tentu serupa dengan tradisi Qurainik dalam Islam.
Adanya wahyu Tuhan mematahkan konsep Ludwig Feurbach, Karl Marx, Nietzsche dan Freud. Tuhan tidak diciptakan manusia. Tuhan menjadi causa prima (pengada pertama) dari segala sesuatu, termasuk manusia. Tuhan mencipta dari ketiadaan (creatio ex nihilo). Manusia lalu menjadi rekan Tuhan untuk mencipta lebih lanjut (conservatio) menjadi co-creator Dei (rekan kerja Tuhan) melalui rupa-rupa karya.
Wahyu itu terus berkembang melalui Suara Hati. Suara hati menolong manusia untuk memiliki moralitas dan etika. Moral dan etika itulah yang membedakan manusia dengan mahkluk ciptaan Tuhan yang lain. Itulah sebabnya Suara Hati disebut juga Suara Tuhan.
Bahwa pemeluk agama melakukan tindakan yang melawan kualitas Tuhan (sumber kabaikan), itu adalah bentuk penyimpangan yang tidak berarti membuktikan bahwa Tuhan tidak ada atau Tuhan lemah. Manusia oleh karena kebebasannya kerap dipenjara oleh egosime pribadi pun kelompok. Egoisme itu menggumpal dalam kesalahan menafisr ajaran yang benar dan ketertutupan terhadap keberadaan pihak lain. Keberatan pihak atheis karena kesalahan pemeluk agama tidak serta merta menjadi membenarkan konsep mereka tentang esensi dan eksistensi Tuhan. Keberadaan dunia yang rapuh, penuh penderitaan merupakan bagian dari kodratnya yang fana. Sebuah kenyataan yang tidak bisa diubah dengan mengakui atau menolak Tuhan!