Rekognisi yang Setimpal
P. John mangkat pada Sabtu, 2 Juli 2022 dalam usia 76 tahun. Ia seorang imam yang setia sampai akhir hayatnya berkanjang dalam nasehat Injil. Para murid dan rekan-rekan teolog memberi apresiasi atas seluruh karya dan pengabdiannya dalam dua jilid buku: Menerobos Batas-Merobohkan Prasangka,[16] diedit secara apik lagi menawan hati dan budi oleh Dr. Paul Budi Kleden SVD dan Robert Mirsel, MA. Nama-nama teolog terkenal dunia ikut memberi bobot pada buku ini: Rowan Williams, Robert Kisala, Stephen Bevans, Roger Schroeder, Jojo M. Fung, Walter J. Hollenweger, Fritzs Lobinger, Michael A. Kelly, Julian C.H. Lee, Peter C. Phan, Karel Steenbrink, E.D Lewis dan masih banyak lagi nama yang dapat dideretkan.
Sebagai seorang tokoh, pantaslah kiranya apresiasi akademik melalui artikel dan buku disematkan pada seorang P. John. Jelang sakitnya, Hsu Monica berhasil menyelesaikan sebuah buku biografinya. Buku ini merupakan salah satu rekognisi atas perjalanan hidup P. John dan karyanya di tengah umat Allah. Suara kritis, suara profetis sebagai seorang nabi dan melayani kaum pinggiran dengan segenap hati merupakan ciri yang melekat erat pada kepribadian P. John.[17] Suara profetis sebagai sebuah keutamaan dimulai dari keberanian mendengar, termasuk suara-suara yang dibungkam, sebagaimana ia sendiri menulis: “Kudengar suara-suara yang tidak sudi dibungkam”.[18] Ini merupakan pesan paling kuat yang dapat kita bawa sebagai murid Kristus untuk melanjutkan karya penyelamatanNya atas dunia.
P. John sejauh pengamatan saya adalah imam yang sederhana. Ia berkeliling dengan sepeda. Ekologi berpikirnya sangat jernih. Bahasanya sangat puitik dan provokatif-positif-indah. Teringat pertemuan terakhir di bulan Maret tiga bulan lalu, di Puslit Candraditya, ia tersenyum dalam banyak canda. Dalam deritanya, sesudah perawatan yang cukup intens di Surabaya, ia ingin menerima kematian sebagai sahabat yang menatikan kehadiran dirinya. Ia berseloroh, “entah kapan saat itu tiba, tetapi saya ingin menerimanya sebagai sebuah kehadiran seorang sahabat yang sudah lama menanti-nanti”. Selamat Jalan Tuang John. Doakan kami yang masih berziarah di dunia ini!***
[1] Konsep perkuliahan ini mengikuti kumpulan artikel yang dieditori P. John bersama P. Dr. Georg Kirchberger SVD: Mengendus Jejak Allah-Dialog dengan Masyarakat Pinggiran-Seri Verbum Jilid I dan II (Ende: Nusa Indah, 1997).
[2] Artikel aslinya berjudul: “What Remains of the Option for the Poor?” dalam: SEDOS Vol.17/3/1995, hal. 91-95.
[3] Artikel aslinya berjudul: “The Poor Proclaim the Gospel” dalam: Voices from the Third World, 9/4/1986, hal. 34-40.
[4] Analisis film ini bisa dilihat pada: Roger Ebert, “The Mission”. Review. RogerEbert.com (November 14, 2015); “Puttnam bites back.” Sunday Times (London, England, 22 Mar. 1987: 47). The Sunday Times Digital Archive. Web. 8 April 2014; Heila Benson (14 November 1986). “Movie Review: A Dilemma of Conscience at Heart of The Mission” dalam: Los Angeles Times. Diakses tanggal 5 Juli 2022.
[5] John Mansford Prior, Bejana Tanah Nan Indah (Ende: Nusa Indah, 1993).
[6] John Mansford Prior, Daya Hening Upaya Juang (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000).
[7] Ibid, hal. X.
[8] John Mansford Prior, Berdiri di Ambang Batas-Pergumulan Seputar Iman dan Budaya (Maumere: ledalero, 2008).
[9] Ibid., hal. Vii.
[10] John Mansford Prior, Menjebol Jerugi Prasangka: Membaca Alkitab dengan Jiwa (Maumere: Ledalero, 2010).
[11] Ibid., hal. 5.
[12] Ibid.
[13] Ibid., hal. 241.
[14] Hsu Monica, Merambah ke Segala Arah-Kisah Perjuangan John Manford Prior SVD (Jakarta: Penerbit Ledalero, 2020), hal. 16.
[15] John Mansford Prior, “Hasta Harapan” dalam: Mingguan Hidup 29 Oktober 2017.
[16] Paulu Budi Kleden & Robert Mirsel (eds.), Menerobos Batas-Merobohkan Prasangka Jilid 1-2 (Maumere: Ledalero, 2011).
[17] Maria Columba SSpS, “Dia Sederhana Tetapi Tidak Kampungan” dalam: Hsu Monica, Op.Cit., hal. 161.
[18] John Mansford Prior, “Kudengar suara-suara yang tidak sudi dibungkam” dalam: Julian C.H. Lee dan John Mansford Prior (eds.), Pemburu yang Cekatan-Anjangsana Bersama Karya-Karya E. Douglas Lewis (Maumere: Ledalero, 2015), hal. 165.