Kanisiusdeki.com – Kemarin rasa-rasanya ada pratanda yang biasa muncul tatkala berita duka menghampiri. Sempat saya celetuk dalam hati: siapakah? Pratanda itu biasa muncul jikalau memberi isyarat ada orang dekat yang meninggal dunia. Pagi ini saya bangun agak lambat. Ketika saya melihat handphone, ada dua kali miscalled dari Mama Matilde Klmentia Woga. Saya coba mengontak balik. Di seberang sana ada berita sedih disampaikan. “Pater John sudah tiada Nana, sedih sekali”, kata Mama Matilde sambil menangis.
Telepon terus berjalan. “Sejak tahun 1970an kami sudah sama-sama di Paroki Thomas Morus. Kala itu belum ada gereja, kami menggunakan Gedung Pemuda untuk ibadat. Umat sangat mendukung pendirian paroki St. Thomas Morus. P. John, sebagai pastor muda jalan dari rumah ke rumah. Kami rantangan memberi makan pastor yang melayani pra paroki ini hingga menjadi paroki mandiri. P. John jalan kaki, mengenal kami satu per satu. Dia sangat dekat dengan kami, sangat setia melayani umat, tetapi hari ini dia sudah pergi untuk selamanya”, suara Mama Matilde terbata-bata.
Ketika saya dipercayakan untuk menulis buku biografi seorang tokoh besar Koperasi Kredit Indonesia, Romanus Woga, ingatan saya berpulang kepada P. John Prior SVD. Saya lalu menghubungi beliau melalui email, johnotomo, terjemahan dari namanya sendiri. “Saya sedang dirawat di rumah sakit, kita bertemu di Maumere nanti”, jawabnya singkat.
Pagi jam 07.00 di bulan Maret 2022, bersama Tony Mbukut, kami menghampiri rumah Chandraditya untuk mewawancarainya. “Kalian tepat waktu, saya senang kalian datang menemui saya”, komentarnya membuka percakapan pagi itu. Ada banyak hal yang dibahas, mulai dari perjalanan hidupnya sebagai misionaris SVD dari Inggris hingga karya-karyanya selama mengabdi di Flores. Termasuk mengomentari gerakan Koperasi Kredit yang dimulai P. Heinrich Bollen SVD di Maumere.
Antara tahun 2003-2004 saya pernah menjadi murid beliau di Kuliah Teologi Sosial. Kuliah ini sangat menarik dan menyentuh kalbu. Dalamnya dibahas tentang bagaimana relasi triadic antara iman, manusia dan keselamatan. “Iman yang benar harus berbuah pada tindakan nyata membangun keselamatan manusia. Keselamatan itu bukanlah ide abstrak dan khayalan tentang kehidupan nanti saja, tetapi aksi nyata yang sudah mulai ada dan dirasakan dari saat ini. Maka dipikirkanlah masalah yang ada disebabkan oleh apa dan membangun gerakan pembebasan”, ujarnya.
Artikel ini merupakan sebuah memoria sekaligus usaha mencari jejak pemikiran serta penghayatan hidup sejauh saya jumpai dalam kebersamaan di STFK Ledalero dan publikasinya yang terbaca, baik dalam buku maupun artikel media massa.