Setelah memutuskan untuk tidak bergabung lagi dengan komunitas religius SVD, Bapa Herman mengambil ibu Margaretha Sinur sebagai istrinya. Perkawinan mereka membuahkan hasil. Tuhan memercayakan kepada mereka empat orang anak yang kini semuanya sudah beranjak dewasa. Menurut Bapa Herman, pendidikan spiritual menjadi dasar untuk tidak selalu bergantung pada orang lain, yang mendorong untuk tetap semangat dalam karya-karya sosial.
Baca juga : Jangan Ada Intimidasi di Antara Kita
Di paroki Cewo Nikit inilah Herman kemudian memempatkan niatnya melayani masyarakat melalui wadah Kopdit yang saat itu nama bekennya adalah Credit Union. Setelah menimba banyak pengetahuan, dia mewujudkan niatnya untuk melakukan hal itu. saat sudah berdomisili di Borong, dia menjadi anggota Kopdit tanggal 1 Juli 1995 pada Kopdit Sinar Harapan Inerie. Dia mengajak beberapa sahabat dan tetangganya di Borong menjadi anggota Kopdit melalui Kelompok 14 Borong dari Kopdit Sinar Harapan. “Waktu itu masyarakat sedang dalam kegelisahan. Koperasi Unit Desa yang digadang-gadang akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat ternyata tidak memenuhi targetnya. Alih-alih mensejahterakan masyarakat, ia malah menimbulkan trauma hebat bagi masyarakat akibat usahanya yang tidak berhasil. Nah, dalam situasi itu, muncul nama lembaga baru yaitu Koperasi Kredit. Apa lagi itu? Namun kami berusaha meyakinkan masyarakat bahwa lembaga ini berbeda dengan KUD”, paparnya.
Baca juga : Hironimus Seman: Koperasi Kredit Bagian dari Pewartaan Gereja