Kelompok ini mulai didamping Yayasan Ayo Indonesia pada tahun 2016. Dalam pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh staf lapangan Yayasan Ayo dijelaskan tentang perlunya perawatan tanaman kopi secara serius. Selain motivasi, mereka juga diajarkan bagaimana merawat tanaman itu. Proses dimulai dari penyiapan lahan, pemilihan benih, penangkaran, penyiapan lubang galian dan perawatan serta pengelolaan pasca panen.
“Sejak kami didampingi kami baru sadar bahwa budidaya tanaman kopi bukanlah hal yang mudah. Dia membutuhkan perhatian yang serius. Penanganan yang tepat, perawatan yang intensif. Untuk mendapat harga yang bagus, kami harus memprosesing kopi kami secara baik. Itu artinya harus cukup banyak waktu yang kami berikan. Dengan jalan ini, kami mendapat manfaat lebih dari orangtua kami”, jelas Bapa Vinsen.
Baca juga : Menguak Teka-Teki Tanah Sengketa Labuan Bajo-Sisi Tilik Dokumen Tanah
“Sejak awal kami menyiapkan lahan, kami menggali lubang dengan ukuran 60cm x 60cm dengan kedalaman yang sama. Kami juga diajarkan untuk membuat pupuk organik. Karena target kami adalah kopi ini menjadi kopi organik yang diminati penikmat kopi dunia”, ujar Bapa Romanus.
Setelah 4 tahun didampingi, terlihat hamparan luas penuh kopi di wilayah Lungar. Mereka diajar cara memperlakukan pohon kopi untuk mendapat hasil yang maksimal melalui pemangkasan pucuk, pengaturan cabang dan pemupukan. Dengan pengaturan cabang, mereka menjadi paham bahwa cabang-cabang tertentu harus dipangkas supaya buah setiap cabang bernas dan ranum. Pucuk dipotong supaya tinggi kopi tidak mencapai 1,8m. Dengan demikian akan tetap mudah dipetik.