Kanisius  Deki
  • Beranda
  • Berita
  • Agama
  • Kajian Budaya
  • Politik
  • Sastra
  • Sosok
  • Ekonomi
  • Filsafat

Kanisius  Deki

  • Beranda
  • Berita
  • Agama
  • Kajian Budaya
  • Politik
  • Sastra
  • Sosok
  • Ekonomi
  • Filsafat
Kajian BudayaManggarai

Masyarakat Lungar: Kopi Menjadi Andalan Hidup

oleh Kanisius Deki 16 Februari 2021
Penulis Kanisius Deki 16 Februari 2021 256 views
Masyarakat Lungar: Kopi Menjadi Andalan Hidup
Pohon Kopi (Dokpri)

Lungar terletak di balik pegunungan Mandosawu. Jalan menuju Lungar, dari Ruteng, melewati kawasan hutan konservasi Golo Lusang yang merupakan bagian dari RTK 118. Lungar dulunya, dalam sejarah Manggarai adalah bagian dari kedaluan[1] Poco Leok, yang terkenal karena hasil kopinya. Bahkan karena saking lamanya kopi dibudidayakan di tempat ini, mereka tidak lagi mengenal asal muasal kopi mereka. Di sinilah kelompok Maju Bersama yang anggotanya berjumlah 16 orang bekerja sebagai petani kopi.

Baca juga : Menjelajahi Kampung Kopi Manggarai, Flores, NTT
Baca juga : Opus Caritatis Pax: In Memoriam P. Servulus Isaak SVD

Kopi yang mula-mula dibudidayakan adalah kopi jenis Robusta. Kopi ini terlihat di mana-mana sepanjang jalan menuju Lungar hingga Mocok. Para petani sudah terbiasa membudidayakan kopi di wilayah ini. “Kopi adalah andalan hidup kami di Poco Leok. Sejak leluhur kami, kopi ini merupakan sumber penghasilan utama kami. Tak mungkin kami meninggalkan budi daya kopi. Tak mungkin!”, ungkap Bapa Vinsensius Godat dalam rapat penuh semangat.

Bapa Vinsen sebagai salah satu mantan Kepala Desa dua periode selalu memberikan motivasi kepada masyarakat untuk melanjutkan tradisi menanam dan memelihar kopi di wilayah itu. Bahkan dia menjadi perintis membuka lahan baru untuk menanam kopi di beberapa lingko (kebun komunal) mereka.

Baca juga : Menguak Teka-Teki Tanah Sengketa Labuan Bajo-Sisi Tilik Dokumen Tanah (6)
Baca juga : Dilige et quod vis fac!

Free Download WordPress Themes
Download Nulled WordPress Themes
Premium WordPress Themes Download
Free Download WordPress Themes
download udemy paid course for free
download redmi firmware
Download WordPress Themes
WhatsApp
Tweet
Share
Share
Email

Laman: 1 2 3 4

KopiManggarairuteng
10 komentar
Kanisius Deki

Staf Pengajar STIE Karya, Peneliti Lembaga Nusa Bunga Mandiri

Posting sebelumnya
Menjelajahi Kampung Kopi Manggarai, Flores, NTT
Posting berikutnya
Kesaksian yang Membuka Mata

Anda mungkin juga suka

Sistem Ijon Sudah Pamit

9 Maret 2021

Kami Optimis Untuk Ke Depan:

28 Februari 2021

Kami Dipercaya, Kami Akan Sukses:

21 Februari 2021

Bangkit Lagi Untuk Berhasil Menengok Kelompok Sinar Pagi...

19 Februari 2021

Menjelajahi Kampung Kopi Manggarai, Flores, NTT

13 Februari 2021

Ritus Teing Hang Empo dan Usaha Melawan Lupa

31 Desember 2020

Disfungsi Lembaga Adat Dalam Sistem Penguasaan dan Pengelolaan...

16 Oktober 2020

Kopi Kualitas Premium, Mengapa Belum Jadi Fokus Daerah?

27 September 2020

GERAKAN PEMBEBASAN KAUM FEMINIS Sebuah Catatan Kritis

27 Juli 2020

RITUS KELAHIRAN ORANG MANGGARAI[1] SEBAGAI BENTUK INISIASI INDIVIDU...

30 Mei 2020

Tinggalkan Komentar Batalkan Balasan

10 komentar

Anonim 16 Februari 2021 - 19:42

Dan kami juga orang manggarai timur,lebih kusus desa golo nderu sudah sejak lama membudidayakan jenis- jenis kopi,seperti kolombia, arabika, dan robusta. Menurut kami tanaman kopi adalah warisan nenek moyang kami secara turun- temurun.

Balas
SAVERINUS sai 16 Februari 2021 - 20:12

Memang kopi robusta ini sangat banyak diminati di semua desa desa, termasuk desa kami juga dan kopi ini juga memang sangat dibutuhkan bagi para petani,yang dimana nanti penghasilannya juga akan dijual,karena kopilah juga sebagai sumber utama bagi para petani petani didesa

Balas
Vinsensius Jeharut 16 Februari 2021 - 20:29

Menurut saya,Bapak vinsen sebagai salah satu mantan kepala desa,dua periode selalu memberikan motivasi kepada mesayarakat untuk melanjutkan tradisi menanam dan memelihara kopi di wilayah itu.

Balas
EMILIA NURHAYATI 17 Februari 2021 - 06:38

Tindakan yang di lakukan oleh Bapak vinsen selama 2 priode sangat baik sekali dimana masyarakat termotifasi sekali untuk menanam dan memelihara kopi rebusta.sebelum itu banyak masyarakat yang menganggap sepele dan malas membudidayakannya karna harga..jangan lihat situasi sekarang,mungkin juga sebagai sumber penghasilan untuk masyarakat kedepanya.

Balas
fransiska pada 17 Februari 2021 - 06:48

Memang kopi robusta ini sangat banyak diminati disebuah desa-desa,Trmasuk desa kami juga dan petani yang dimana nanti pengahasilanya juga akan dijual, karena kopilah sebagai sumber utama bagi para petani didesa…

Balas
Petrus sokar 17 Februari 2021 - 07:11

Budaya menanam kopi memang sudah menjadi bagian dari hidup kita.tanaman ini pada jaman sekarang memang sudah tak asing lagi utuk dimiliki dan di tanam dlm perkebunan parah petani.karena kopi adalah sumber ekonomi yg memiliki harga yang sangat tinggi dan terjangkau.indahnya tanaman ini adalah bijinya tidak hanya bisa dijual ke para pabrik kopi seperti coklat dan kemiri atau hasil ekonomi lainnya yg tidak bisa kita olahkan.tetapi kopi adalaha tanaman yg bisah kitah olah sendiri tanpa melalui pabrik kopi,yaitu dgn cara di tumbuk dan digiling .

Balas
Indriana kala 17 Februari 2021 - 08:06

Tindakan yang di lakukan oleh seorang tokoh dalam artikel tersebut memang sangatlah penting dalam kehidupan masyaraakat sekarang ini dimana , tindakan itu dapat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk melanjutkan tradisi menanam dan memelihara kopi di wilaya kita.

Balas
RESTITUTA S .JELIS 17 Februari 2021 - 09:17

Tanaman kopi adalah tanaman yg harganya sangatvteejangkau dan sangat mahal.tanaman ini juga merupakan tanaman yg paling mudah untuk di miliki olleh manusia.budaya tanaman kopi ini sangat terkenal di seluruh dunia terlbih khusus di indonesia.

Balas
MELANIA JORDAN 17 Februari 2021 - 09:25

Memang kopi Robusta ini sangat diminati diberbagai desa termasuk desa kami.Budaya menanam kopi memang sedah menjadi bagian dari hidup masyarakat karena dimana kopilah sebagai sumber penghasilan utama bagi para masyarakat.

Balas
YEREMIAS IVANDO 22 Februari 2021 - 12:37

Menurut saya,para petani sudah terbiasa membudidayakan kopi diwilaya ini.
Tindakan dari bapak vinsen selama dua periode selalu memberikan motivasi kepada masyarakat untuk melanjutkan tradisi menanam dan memelihara kopi di wilayah itu.

Balas

Postingan Populer

  • 1

    Siapa Menciptakan Tuhan?

  • 2

    HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR: Upaya Distansiasi Teks dan Pembaca-Sebuah Diskursus Reflektif-Kritis

  • 3

    Opus Caritatis Pax: In Memoriam P. Servulus Isaak SVD

  • 4

    Menguak Teka-Teki Tanah Sengketa Labuan Bajo-Sisi Tilik Dokumen Tanah Edisi #4

  • 5

    Menguak Teka-Teki Tanah Sengketa Labuan Bajo-Sisi Tilik Dokumen Tanah Edisi #5

  • 6

    Kain Songke dan Bahasa: Penanda Inkulturasi di Manggarai

Postingan Terbaru

  • Siapa Menciptakan Tuhan?

    18 April 2021
  • HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR: Upaya Distansiasi Teks dan Pembaca-Sebuah Diskursus Reflektif-Kritis

    16 April 2021
  • Frederikus Narut Taku: Kepala Desa yang Mengubah Haluan

    12 Maret 2021
  • Sistem Ijon Sudah Pamit

    9 Maret 2021
  • Paulus Opot: Pegawai Teladan yang Mencintai Pendidikan

    7 Maret 2021
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram

Copyright @ 2020 kanisiusdeki.com. All right reserved

Baca jugax

Sistem Ijon Sudah Pamit

9 Maret 2021

Kami Optimis Untuk Ke Depan:

28 Februari 2021

Kami Dipercaya, Kami Akan Sukses:

21 Februari 2021