Giat Bekerja
Berita tentang kepergian Bapa Viktor menjangkau semua kalangan. Melalui media sosial facebook dan whatsapp banyak keluarga, rekan kerja dan sahabat memberikan ucapan belasungkawa sekaligus keterkejutan karena kepergiannya yang tak disangka-sangka.
“Saya memulai karir sebagai pegawai honorer di Pemda. Saya jalankan dengan sungguh-sungguh. Saya taat pada aturan dan kebijakan atasan. Lama kelamaan saya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Keuletan dalam bekerja dan kesetiaan memikul tanggung jawab memberikan dampak positif pada saya. Saya kemudian dipercayai dan mendapat banyak jabatan”, kisahnya suatu kali dalam sebuah kegiatan audit di Kopdit Sengari Reo tahun 2019.
Sambil menikmati pemandangan indah di bibir pantai Sengari, ada banyak kisahan yang terungkap spontan dari dirinya. “Bekerja adalah panggilan hidup manusia. Dalam bekerja, dimensi tanggung jawab mesti menjadi point penting. Di situlah kita lihat mutu pekerja. Dari cara dia bekerja, membangun komitmen dalam dirinya, bersedia bekerja dalam tim dan menghargai atasan”, jelasnya mengalir.
Baca Juga : Fokus Manggarai: Wisata Budaya dan Religi
Baca Juga : Dewan Kebudayaan Manggarai, Secercah Harapan Peradaban
Ketika obrolan menyasar betapa banyak staf yang saat ini tidak menghargai pimpinan dia sangat menyesalkan sikap itu. “Kita taat dan menghargai atasan bukan karena kita lebih rendah ataupun kita menjadi jongos. Ini adalah kesempatan untuk melatih diri menjadi pemimpin. Orang yang terlatih menghargai orang lain, termasuk pimpinan, ketika dia menjadi pemimpin juga terlatih menghargai bawahannya”, tanggapnya seolah memberi kuliah umum.
Dalam perspektif Bapa Viktor, kita bekerja bukan saja karena merupakan sebuah tugas dan karenanya ada kewajiban. Manusia bekerja karena ada misi yang diemban dalam tugas itu. “Jikalau kita bekerja karena kewajiban, kita seperti mesin. Berputar karena diperintah. Kita menghasilkan sesuatu tetapi kita kehilangan ‘roh’ dari sesuatu itu. Apa itu? Tanggung jawab etis. Pada sisi tanggung jawablah yang membedakan kita dengan dengan mahkluk lain”, ujarnya seolah membentangkan teori-teori etika.
Dalam banyak pengakuan para rekan kerja, Bapa Viktor seorang pekerja yang giat. Ia disiplin dan tegas. “Bapa Viktor atasan saya. Beliau seorang yang sangat disiplin dan prinsipil. Mungkin karena beliau banyak bertugas di bidang keuangan di Pemda membuat dirinya disiplin dan tegas. Kami banyak belajar dari dirinya”, ungkap seorang penanggap di akun facebook.
Baca Juga : Membangun Gerakkan Bersama
Baca Juga : Drs. Yohanes Damianus Jehuni : Pemimpin dengan Karakter Kuat
Ketiga kami bertugas di Denge-Satar Mese Barat, kami menginap di sebuah villa di tengah sawah dekat Dintor. Pemandangan laut Sawu yang indah di pagi hari menolong perbincangan serius jadi tema yang ringan. Lebih-lebih keberadaan Pulau Mules yang berhadap-hadapan muka dengan Pulau Flores mengikat semesta menjadi sebuah kosmos yang nyaman dihuni.
Narasi-narasi yang dibangunnya berbasis pengalaman dari Menteri yang satu ke Menteri yang lain. Demikian pertautan kebijakan Presiden dari Soekarno hingga Jokowi khususnya tentang literasi keuangan dan gerakan Koperasi. “Saya belajar satu hal. Usaha para pemimpin kita adalah bagaimana Indonesia keluar dari kemiskinan dan menjadi berdaya dengan kekayaan yang dimilikinya. Ini yang sering kita abaikan. Kita kerap lebih mudah meminta dan mencari di luar diri kita, sementara kekuatan terdasyat yang kita miliki adalah diri dan kapasitas daerah kita sendiri. Koperasi ada di lini ini, memberdayakan manusia untuk bisa memanfaatkan potensi alam yang ada di sini”, tandasnya.
Ketekunan dan keuletannya membuat dirinya dipercaya menjadi Konsultan Manajemen dan Akuntansi Koperasi 1987-2000, Kasi Pemberdayaan dan Aneka Jasa Koperasi 2000-2006, Kabag Keuangan Setda Manggarai Timur 2008-2010, Ketua Badan Pengawas KUD Borong Jaya 2015-sekarang, Ketua Badan Pengawas Kopdit Abdi Manggarai Tmur 2009-2014, Ketua Pengurus 2018-2021, Bendahara Pengurus Puskopdit Manggarai 2015-2021.[1]