Minat Melukis, Sahabat Menteri Cosmas
Bapa Wens memiliki hobi melukis. Itu adalah bakat alaminya. Ia mengembangkan bakat itu dengan mengajar pelajaran seni rupa di SPG dan APK Santu Paulus (telah berganti nama menjadi STKIP dan sejak tahun 2019 menjadi UKI Santu Paulus). Bakat itu kemudian diwariskan kepada anak anak. “Beliau pernah berpesan kepada kami anak anak: Jadikan pendidikan sebagai warisan terbaik untuk anak cucu. Komitmen ini yang memotivasi Bapa Wens ikut mendirikan Yayasan Nucalale”, jelas Otwin, salah satu puteranya.
Baca juga : Menguak Teka-Teki Tanah Sengketa Labuan Bajo-Sisi Tilik Dokumen Tanah (3)
Bapa Wens juga memiliki minat pada Budaya. Kiblat itu tidak hanya berlaku di sekolah, tetapi juga di rumah. Dalam kesaksian anak-anaknya, komtimen Bapa Wens terhadap kebudayaan sangatlah tinggi bahkan ia berprinsip “Sekolah harus menjadi Rumah Budaya”. Kecintaannya terhadap budaya terpatri erat dalam seluruh sikap hidupnya. “Masa kecil saya selalu diajak Bapa Wens menyaksikan pagelaran seni budaya manggarai Sanda, Mbata, Danding dari berbagai kecamatan. Saya keciptratan darah seni itu sehingga memiliki orientasi yang sama terhadap seni dan kebudayaan”, ujar Otwin.
Selain melukis, minat yang paling kentara dari Bapa Wens adalah berorganisasi. Selama di Ruteng, ia menjadi bagian dari Pemuda Katolik, bersama tokoh Partai Katolik waktu itu, Rufinus Lahur. Kebiasaan berorganisasi membawanya berjumpa dengan banyak orang. Saat kuliah Bapa Wens menjadi sahabat karib Menteri Kosmas Batubara. Keaktifannya di Organisasi Pemuda Katolik membuahkan hasil positif.
Baca juga : Menguak Teka-Teki Tanah Sengketa Labuan Bajo-Sisi Tilik Dokumen Tanah Edisi #4
Cosmas Batubara sama-sama tinggal dalam rumah bina bruderan St. Aloysius. Organisasi Pemuda Katolik kemudian dilanjutkan Bapa Guru Wens bergabung di Partai Katolik dan kemudian ke Partai Golkar. Dalam kunjungan ke Ruteng, Menteri Cosmas Batubara mengunjungi Bapa Wens. Panggilannya pada dunia pendidikan membuat Bapa Guru Wens memutuskan berhenti dari artai politik dan membaktikan diri pada dunia pendidikan.
Bapa Wens pernah menjadi Anggota DPRD Manggarai tahun 1967. Bapa Wens memiliki minat pada sejarah sehingga koleksi buku sejarah dan kliping berita sejarah selalu rutin dilakukan. Hasil karya lukisan anak-anak muridnya saat di SPG St. Aloysius masih tersimpan dengan baik. Itu merupakan ekspresi kecintaannya yang mendalam terhadap dunia seni.
Baca juga : Menguak Teka-Teki Tanah Sengketa Labuan Bajo-Sisi Tilik Dokumen Tanah Edisi #5
“Bapa Guru Wens selalu mengajarkan kami anak-anak untuk hidup sederhana dan mengutamakan pendidikan sebagai warisan terbaik. Semangat memajukan pendidikan di Manggarai tergambar sampai dengan masa pensiunnya tetap mengabdi paruh waktu di BLK PSE St Aloysius dan Bendahara Yayasan Aquinas”, ungkap Otwin mengakhiri perbincangan.
Guru Wens mengajar di beberapa tempat, termasuk terakhir, menjadi Kepala sekolah SMA Binakusuma. Tahun 1998 beliau pensiun. Ia mengisi hari-harinya dengan berkebun, merawat tanaman, membaca dan berinteraksi dengan anak-anaknya. Pada 30 Maret 2005, Guru Wens menghembuskan nafas terakhir di tengah orang-orang yang dia cintai.***
[1] Para guru pertama ini ada 5 orang dengan pembagian wilayah tugas masing-masing. Guru Wihelmus Wisang bertugas di Rajong, Guru Yoseph Koda bertugas di Congkar, Guru Mayor bertugas di Robek, Guru Roma bertugas di Kempo dan Guru Mitak bertugas di Ruteng. Mereka semua adalah putera Maumere. Guru Wisang bertugas keliling mulai dari Rajong, Nanga Kojang, Tilir, Mano, Timung dan akhirnya pensiun di Wetok. Dokumen Wawancara dengan istri almarhum Ibu Sofia Rieta Jeno di Ruteng, Rabu, 22 Juli 2020.
[2] Ibid.
[3] Pendalaman tentang ritus ini dapat dibaca pada: Kanisius T. Deki, Ritus-ritus Adat Orang Manggarai (Ruteng: Bappeda Kabupaten Manggarai, 2016).