Inovasi Rumah Bambu
Dalam tempo yang tidak lama, Frans bersama jajaran Pengurus membangun kantor Kopdit Aman. Uniknya, kantor ini dibangunnya dengan konstruksi tulang beton dari bambo. Dalam penjelasannya, ia bambu mempunyai kekuatan cukup tinggi, kuat tariknya dapat disejajarkan dengan baja. “Sekalipun demikian kekuatan bambu yang tinggi ini belum dimanfaatkan dengan baik karena biasanya batang-batang struktur bambu dirangkaikan dengan pasak atau tali yang kekuatannya rendah. Bambu berbentuk pipa sehingga momen kelembabannya tinggi, oleh karena itu bambu cukup baik untuk memikul momen lentur. Ditambah dengan sifat bambu yang elastis, struktur bambu mempunyai ketahan yang tinggi baik terhadap angin maupun gempa”, ujarnya penuh keyakinan.
Keyakinan Frans tentu memiliki dasar kajian ilmiah. Dalam sebuah studi, Hidalgo, O., (1995), “Study of Mechanical Properties of Bambu and its Use as Concrete Reinforcement: Problems and Solutions”, dijelaskan bahwa bambu dapat dijadikan material penting dalam konstruksi bangunan.[1]
Bambu diakui memiliki banyak keuntungan. Ada beberapa keuntungan sebagaimana diakui oleh Ni Komang Ayu Artiningsih. Setidaknya, ada 3 (tiga) point:[2] 1) Bambu dapat dugunakan untuk berbagai aplikasi di bidang konstruksi bangunan sebagai pengganti keberadaan kayu yang semakin langka, dan jika didesain dengan baik dan dirawat dengan baik akan mempunyai daya tahan yang lama. 2) Pengakuan penggunaan bambu oleh masyarakat luas untuk konstruksi bangunan dan keperluan lain akan berpengaruh pada kebutuhan pengadaan bambu yang semakin besar pula. Hal ini dapat memicu masyarakat untuk melakukan penanaman bambu di tanah-tanah yang kurang produktif dengan demikian akan memberikan nilai tambah secara ekonomis. 3) Dengan semakin meluasnya lahan yang ditanami bambu, maka akan berdampak positip bagi lingkungan antara lain: udara segar karena bambu penyumbang oksigen yang lebih besar dibanding kayu dan dapat menyerap karbon dioksida, pemanfaatan lahan gundul, dan dapat mencegah erosi.[3]
Frans seakan menangkap keraguan masyarakat di sekitarnya akan kedigdayaan bamboo. Ia lalu membangun rumah pribadinya dengan dua lantai dari tulang beton bamboo. “Ya, kalian pasti takut, tetapi saya tetap jalan. Saya bangun kantor dan rumah dengan tulang beton dari bamboo”, katanya terus terang. Ia melakukan pendobrakan bukan saja pola pikir masyarakat agar masuk Kopdit tetapi juga bangunan bamboo pada saat masyarakat masih merujuk tunggal pada besi untuk bangunan beton.