Usai perjumpaan di Ruteng, ketika saya sedang berada di Jakarta, ada urusan di kementerian, saya sempat mengontaki Kraeng Marcel. Ada keinginan untuk bertemu, menimba banyak pengalaman dan pengetahuan. “Ase, datanglah ke BSD, saya menanti”, suara telepon Kraeng Marcel. Sebuah perjumpaan yang mestinya lebih mendalam untuk melihat dari dekat aktivitas RFC (Rengka Fried Chiken), usaha yang telah dirintisnya setelah purna bakti dari Vice President Lippo Bank. Sayangnya, saya urungkan niat berjumpa karena jadwal yang ketat. Kendati tidak bertemu face to face, namun kami terus saling berkomunikasi untuk bertukar informasi, hingga saat ini.
Bersemuka dengan Kraeng Marcel, kesan pertama adalah pertemuan dengan pribadi yang bersahaja, humble, smart, hangat. Kraeng Marcel memberikan apresiasi atas apa yang dipandangnya baik. Ia pribadi yang sangat positif dan membagikan energi itu kepada orang-orang yang dijumpainya. Ia mendudukkan lawan bicaranya sebagai pihak yang equal (setara). Panggilan khas dalam bahasa Manggarai, Ase (adik) sangat berkesan. Ini adalah ekspresi dari kedalaman spiritualitasnya atas perjalanan hidup, bahkan walau meraih jabatan puncak di Lippo. Konsep kesetaraan yang dihayatinya adalah sedimentasi dari refleksi tentang sesama sebagai saudara.
Kraeng Marcel pribadi yang murah hati. Ia melakukan berbagai kebajikan karena cinta kasih. Seperti dituntun oleh nas Kitab Suci, Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus 1:13: “Iman, harapan dan kasih dan yang paling besar diantaranya adalah kasih”. Perjalanan hidupnya dibaluti oleh iman akan kebaikan Tuhan melalui sesama, keluarga, para sahabat dan koleganya. Perjuangan hidupnya yang dilumuri berbagai kisah: jatuh, bangun, maju diyakininya ada dalam dekapan kasih Tuhan. Nubarinya tak pernah berhenti berharap bahwa Sang Khalik akan terus menopangnya dari waktu ke waktu. Harapan akan kebaikan, keberhasilan, kebahagiaan perlahan-lahan ditampakkan padanya sebagai sebuah mukjizat yang tak pernah berhenti. Pengalaman akan kasih Allah itu mentransformasi kehidupannya untuk juga melakukan hal yang sama pada orang lain.
Kraeng Marcel berkata-kata dari kedalaman batinnya. Ia mengungkapkan sesuatu dari kesungguhannya. Ia memiliki hati yang selalu mengasihi kepada keluarga, Ibu Keny dan anak-anak: Jessica, Maximus dan Jennifer. Juga rekan-rekan serta siapa saja yang bertemu dengannya. Ketika berbicara, ia memiliki gestikulasi yang genuine. Juga ketika ada yang meminta tolong kepadanya, ia lakukan dengan kasih. Saya teringat akan Thomas Aquinas yang mengatakan, “Caritas est mater, radix, et forma omnium virtutum” (kasih adalah ibu, akar dan bentuk dari semua keutamaan). Kemampuan mengasihi datang dari hati nurani yang bening, bersih dan murni. Setiap orang yang mengasihi ia akan melakukan kebajikan dan keutamaan yang lain.